Hidup Sebagai Orangtua Tunggal Perlu Bahagia

Saya persembahkan cerita ini untuk para wanita yang menjalani single fighter, single mom, single parent, orang tua tunggal yang masih dirundung sedih, duka, dan merasa masih menyimpan segala amarah dalam diri. Bukankah kita tidak pernah membayangkan menjadi single parent atau sendiri mengurus anak dan keluarga? Heeeemm.... nih..saya kasih bocorannya. Repot kah.."…hu hu hu hu hu... Andai kita bertanya secara jujur pada sang jiwa dari dalam lubuk hati yang paaaaling dalam... Siapa sih yang menginginkan menjadi seorang single parent? Bahkan yang mengalaminya pun tentu tak pernah berharap hal itu terjadi pada dirinya. Ada yang menjadi single parent karena kepergian pasangannya kembali ke pangkuan Sang Pencipta, ada yang menjalaninya karena perpisahan atau perceraian, siap tidak siap.. ya harus mampu untuk menjalaninya.......betul khan begitu sahabat single parent?.. Menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal itu adalah pilihan atau kematian?.... Kita akui memang sangat berat dan melelahkan, yang terkadang menguras emosi, air mata, dan keuangan. Hu hu hu hu hu... Kita telah mencari pasangan hidup untuk menikah tentu acuan kita adalah mendambakan kehidupan perkawinan yang tentram, harmonis, langgeng, rukun hingga maut memisahkan kita. Tak ada satupun orang yang menginginkan rumah tangga yang dibangunnya terempas di tengah jalan. Namun dunia sudah berkata lain dalam kenyataan. Bagaimana kalau kehidupan rumah tangga yang kita jalani justru banyak menimbulkan prahara. Rumah yang seharusnya merupakan tempat yang nyaman atau banyak orang mengatakan rumah adalah istana termegah keluarga untuk berbagi cerita namun di dalamnya berkecamuk masalah demi masalah yang tak kunjung terselesaikan. Kalau sudah terjadi seperti ini muuungkin... perpisahan menjadi jalan terbaik. Dari sekian wanita memang ada yang hanya bisa pasrah ketika menemukan pasangannya melakukan kekerasan baik secara fisik maupun psikis terhadap mereka. Alasan terbesar mereka untuk tetap bertahan dalam pernikahannya karena mereka tak ingin menyandang status JANDA atau menjadi single parent. Status sosial di masyarakat seakan menjadi beban yang tidak akan mungkin mampu mereka pikul. Belum lagi mereka para wanita saat melihat wajah polos anak-anaknya. Tentulah mereka tak ingin buah hatinya sampai tak memiliki sosok seorang ayah. Ada banyak alasan dan penyebab terjadinya perceraian. Bisa jadi disebabkan karena perselingkuhan atau hadirnya orang ketiga, pasangan yang poligami, kekerasan dalam rumah tangga atau karena turut campurnya orang tua atau mertua dalam masalah rumah tangga, tidak terjadi keharmonisan, konflik peran, masalah keuangan, tanggung jawab dls..…karena masing masing memiliki permasalahan masing - masing. Okaeee... saya tidak ingin membahas lagi kenapa dan mengapa hal tersebut terjadi, karena jika pertanyaan "kenapa dan mengapa" yang kita bahas, kita akan selalu terus menoleh kebelakang. Jadi ayoo, kita tinggalkan dan jangan sering menoleh kebelakang. Yang terpenting bagaimana kita tetap menjalani episode kehidupan yang harus kita lalui kedepannya.. Saya akui dan alami, semua itu tidak mudah memang menjalaninya, segala hal dalam rumah tangga dijalani sendiri, dan harus mampu berperan ganda, sebagai ibu juga sebagai ayah. Berbagai tugas dikerjakan sendiri, mulai dari mengurus, mengasuh, mendidik dan membesarkan anak - anak disamping menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah, ... Semua ini bukan hal mudah memang, apalagi jika harus dilakoni oleh seseorang yang terbiasa sangat tergantung oleh pasangannya, yang terbiasa hidup serba mudah dan sangat manja dengan kemudahan mereka. Sekalipun harus sendiri dan mandiri dalam mengarungi bahtera, samudera kehidupan ini, tetaplah tegar, jangan larut dalam kesedihan apalagi terus menerus meratapi keadaan. Tak perlu takut dengan status JANDA selama kita mampu menjaga diri kita dalam pergaulan sosial. Dengan status janda tidak merupakan predikat buruk dimata Tuhan, karena Beliau tidak melihat bagaimana status kita namun sejauh mana kita bisa memberikan manfaat bagi anak - anak, bagi diri kita sendiri, dan bagi orang lain di lingkungan kita. Hai Single Mom.......Hidup adalah pilihan. Dan setiap butir pilihan ada di tangan kita. Ketika tiba-tiba kita harus menjadi orangtua tunggal -- entah karena kematian atau perceraian, menjadi sendiri lagi dengan “amanah” (anak-anak) di tangan kita, saya akui memang hal ini merupakan suatu dilema karena secara nyata pilihan itu merupakan hal yang membuat jiwa kita depresi. Tetapi tetaplah berusaha untuk memampukan diri mengambil sisi positipnya. Jadikan pilihan perpisahan adalah anugrah terbaik dari Tuhan. Tuntaskan dan bersihkan semua masa duka yang dipenuhi rasa sedih, marah, takut, malu, merasa hidup atau Tuhan tidak adil terhadapmu, dan emosi negatif lainnya. Karena setiap emosi negatif yang mengendap pada diri kita akan menyulitkan kita sendiri, jangankan untuk sekedar berdiri, untuk maju dan berlari pun tidak mampu. Fokuskan dirimu pada apa yang dimiliki saat ini. Jadikan anak - anak pusat kehidupan, karena hidup Bunda sekarang hanya bersama mereka. Jika anak melihat Bunda murung, tidak nyaman atau tidak aman sendirian, ia akan merasakan hal yang sama. Nikmati hidup bersama anak - anak, agar bisa merasakan kebahagiaan bersama mereka. Dalam hal ini, kebahagian harus menjadi pilihan utama dan teruslah berusaha untuk berpikir bahwa semua ini adalah anugerah ...(memang sih tidak seenak mengatakannya)..hitung - hitung....daripada membawa beban luka dan duka berkepanjangan... Teruslah mencoba untuk menganggap status orang tua tunggal adalah keistimewaan yang hanya diberikan kepadamu saja. Bunda harus memahami bahwa hanya orang-orang kuat dan istimewa saja yang bisa menerima dan menjalani anugerah ini. Karena dengan kita berpikir seperti ini emosi kita akan semakin kuat untuk hidup menjadi orang tua tunggal. Lepaskan segala amarah,emosi dendam pada mantan pasangan, tetap adakan hubungan komunikasi dengan dia, jangan pernah memutuskan hubungan antara anak dengan ayahnya. Yang paling perlu Bunda ingat..ada mantan suami/istri NAMUN tidak pernah ada mantan anak sampai kapanpun itu....JANGAN racuni anak - anak dengan dendam anda pada mantan pasangan....tetap berikan mereka rasa aman. SEGERA.. Berpikir Positip !!!.Bangkit!!..Berdiri!!!...Bergerak.. Lalu bagaimana melanjutkan kehidupan selanjutnya? Bagi wanita yang sudah bekerja mungkin hal ini tidak terlalu menjadi masalah, karena mereka sudah terbiasa menghasilkan uang… Naaah ... bagaimana dengan yang tidak pernah berkerja?....hanya mengandalkan pasangan? Seharusnya menjadi seorang wanita atau istri harus cerdas, mampu berkarya dan mengembangkan diri walaupun kita sudah menjadi ibu rumah tangga dan memiliki suami yang mampu menghidupi kita, sehingga kalau suatu saat terjadi pada kehidupan kita yang tidak kita inginkan kita masih tetap bisa berdiri dengan tegak untuk membesarkan dan mendidik putra-putri kita sendiri. Meski menjadi Ibu rumah tangga masih bisa berkarir, sambil mengasuh anak anda dirumah, anda bisa berbisnis juga, jangan dilihat uangnya, atau jangan berpandangan "kok kita matree bangget yaa.. gaji suami kan udah cukup.." Tetapi tetap ambil PEMBELAJARANNYA... BELAJAR MANDIRI selagi ada kesempatan. Pergunakan waktu sebagusnya. Bukankah untuk berkarya, tidak harus selamanya berkarir di kantor, harus keluar rumah, harus meninggalkan keluarga setiap hari, namun kita pun tetap bisa menjadi ibu rumah tangga yang mandiri dengan berkarya dari rumah. Bangkitlah untuk membuktikan bahwa dirimu bisa mewujudkan semua harapan dengan kegigihanmu. Kamu berhak untuk bahagia, membahagiakan anak - anakmu dan orang yang ada disekelilingmu yang mencintaimu..... Haiii.. single mom.... Tetaplah bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. Percayalah, Tuhan  selalu memberi kita jalan. Ikhlaskanlah untuk menerima cobaan hidup ini. Menjadi single parent bukan berarti dunia akan berakhir atau langit mendadak runtuh. Keep moving..Keep smile...Keep Fighting.... Salam Sehat dari single fighter

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Teks Pidarta Bahasa Bali "Danu Kerthi Gitaning Toya Ening"